Sustainable MRO Business in Global Aviation Industry: A Case of Supply Chain Practices
Bapak Ir. Pahala A. Pardede, MBT, IPM - Chief Joint Operation GMF-MMF,
Dunia aviasi tentu menjadi suatu yang tidak asing lagi bagi masyarakat sebagai salah satu sarana transportasi udara. Namun demikian bisnis MRO pada aviasi sendiri masih menjadi hal asing bagi kalangan umum. Untuk menggali lebih dalam bagaimana seluk beluk bisnis industri aviasi, Program Studi Magister Manajemen Universitas Kristen Petra mengadakan CEO Talk edisi bulan Mei 2019 dengan topik: “Sustainable MRO Business in Global Aviation Industry, A Case of Supply Chain Practices”. CEO Talk merupakan kegiatan perkuliahan luar kampus yang bertujuan mempertemukan mahasiswa MM UK Petra dengan para CEO perusahaan skala lokal dan nasional yang membagikan pengalaman bisnis mereka. Narasumber yang diundang kali ini adalah Bapak Ir. Pahala A. Pardede, MBT, IPM selaku Chief Joint Operation GMF-MMF, sebuah perusahaan penyedia layanan pesawat dari berbagai jenis dan merupakan salah satu fasilitas perawatan pesawat terbesar di Asia. CEO Talk dikemas dalam bentuk sharingpengalaman dan inspirasi bisnis dari narasumber, disambung dengan sesi tanya jawab. Bapak Ir. Pahala A. Pardede, MBT, IPMmengawali sharingnya dengan menceritakan mengenai profil GMF AeroAsia, Aviation dan MRO Key Challengesserta tren ke depan.
MRO (Maintenance, Repair, Organization) dibutuhkan pesawat sebagai ‘bengkel’ atau ‘rumah sakit’ yang melakukan perawatan pesawat, untuk menjaga kondisi pesawat agar tetap prima atau reliable. Setiap bengkel perawatan harus memiliki standar. MRO mempunyai standar yang ketat baik dari sisi personal,facility, prosedur dan lingkungan kerja karena memiliki sertifikasi internasional dari FAA (USA) & EASA (Europe). Sertifikasi ini menjadi kekuatan GFF AeroAsia sebagai brandingtool sebagai satu-satunya bengkel pesawat di Indonesia yang memiliki sertifikasi tersebut. Biaya mendapatkan sertifikasi FAA (USA) & EASA (Europe)sebesar 100.000 USD dimana pengecekkan minimal harus diadakan dua kali dalam 1 tahun. Manfaat dari sertifikasi internasional ini adalah keunggulan GMF menarik pasar Eropa dan Asia.
Bisnis MRO untuk aviasi ini sangat erat dengan supply chaindimana isu yang menjadi masalah rumit adalah customsserta IT backbone. Sebelum deregulasi pada tahun 2016, Indonesia memiliki daya saing yang lebih lemah dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia yang menetapkan bea masuk sparepartuntuk pesawatsebesar 0%, sedangkan di Indonesia besarnya dapat bervariasi. Namun demikian kekuatan Indonesia adalah pada sisi biaya sumber daya manusia dimana biaya labor di Indonesia lebih kompetitif dibandingkan Singapore. Hal ini menjadi kesempatan bagi GMF untuk bisa lebih berperan di pasar internasional dimana dapat berkompetisi head to headdengan Singapore dan negara lainnya. Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah sinergi antara sinkronisasi dan konsolidasi. Pemain di industri penerbangan berfokus pada operasional menerbangkan pesawat dimana adanya tekanan pasar yang besar menjadikan para pemain di bisnis aviasi melakukan grouping. Sinergi sinkronisasi dan konsolidasi akan membantu pengaturan rute, kapasitas sehingga supply demandbisa dijaga serta bisa memperhitungkan efisiensi dan efektifitas agar lebih kompetitif. Pada aircraft operation cycleterdapat empat aspek yang dijaga antara lain: 1) safety; 2) reliability terkait ketepatan waktu penerbangan; 3) comfortability; dan 4) economickarena masyarakat kita yang cenderung price sensitive.Sedangkan operating cost airlinesterbagi sebagai berikut:
Berbicara soal tren bisnis aviasi 5-10 tahun ke depan, digitalisasi data-data operation mutlak diperlukan agar maintenancedapat dipantau dari peralatan elektronik/gadgetmisalkan kapan tim berangkat, berapa orang yang akan dikirim apabila ada iritabilitas dan lainnya.
CEO Talk kelima di tahun 2019 ini berlangsung dalam suasana dialog serius tapi santai dan interaktif yang dihadiri oleh 15 mahasiswa MM UK Petra dari berbagai angkatan dan peminatan studi.
Disarikan oleh: Novia Chandra Tanuwijaya (MM Batch 20, Peminatan Supply Chain Management)